Minggu, 04 Januari 2015

Bab 1
Dollar Amerika

            “Ya Tuhan, jadikanlah hari ini kiamat…!!!” ia ingin meneriakkan kata-kata itu sekeras-kerasnya. Tapi tak ada suara apapun yang keluar dari mulutnya, wajahnya terasa panas, keringat membanjiri tubuhnya. Padahal ini ruangan AC yang membuat 25 orang peserta pelatihan yang duduk di hadapannya menggigil kedinginan.

            Bencana ini dimulai tadi pagi sebelum subuh. Ponselnya berdering kencang,
     Setengah sadar ia mengangkatnya, “Halloh…” suaranya parau. “Hallo!” sebuah suara ceria terdengar -terlalu ceria. Ia melirik jam dinding kamar kontrakannya, jam 3 pagi.
           
Di seberang sana, seorang perempuan berumur kira-kira berumur 40 tahun, di sebuah kelab malam di jakarta sedang setengah mabuk, sebelah tangannya memeluk leher pria bule, satu tangannya yang lain menggenggam ponsel, ia sedang menelepon seseorang di Semarang, seorang pria yang belum pernah dilihatnya, ia hanya berhubungan melalui email kantor selama ini. Seharusnya besok ia harus ke semarang, menumpang penerbangan paling pagi, tapi ada urusan yang lebih penting di sini, pria bule yg baru dikenalnya satu jam yg lalu ini tampan sekali. Semoga ini hari keberuntungannya, ia sudah ingin sekali menikah tapi bukan dengan orang Indonesia, ia ingin tinggal di sebuah kota di Eropa. Lagi pula, pria Indonesia tidak ada yang tahu bagaimana cara memuaskannya.

“Maaf, menganggu tidurmu, tapi ini penting sekali, besok saya tidak bisa ke Semarang, anda harus mengggantikan saya mengajar” suaranya masih tetap ceria.
“Apa?! Gila, saya tidak tahu apa-apa tentang materi yang akan anda ajarkan.” Lelaki itu mendadak terjaga penuh.
“Santai saja, ini hanya tentang mata uang dollar. Anda tinggal baca saja materinya, saya sudah mengirimkannya ke email anda kan? Terimakasih ya, anda baik sekali.” Dan ia menutup telepon itu, lalu menenggelamkan diri ke pelukan pria bule itu.